Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Sebuah Permintaan

Onah menatap orang di hadapannya. Ia masih tidak mengerti dengan keadaan yang sedang ia alami. Yang ia tahu, ia tidak melakukan satu kesalahan apapun. Baginya, keadaan seperti ini sangat sulit dicerna akal pikirannya. Onah masih berusaha untuk menanyakan perihal perilaku yang ia dapat dari kekasih hatinya itu. Wajah kuning langsatnya memerah terbakar matahari siang ini. Ia tidak peduli bila matahari terus bertambah panas atau bila tiba-tiba hujan datang bersamaan dengan kawannya si petir atau badai. Ia tidak akan peduli. “Apa yang kamu minta?” Rahang Hamid mengeras. Ia tidak biasa berbicara dengan ketus, apa lagi kepada kekasihnya. Ini adalah pertama kalinya ia semarah ini kepada Onah. Dalam hatinya, ia menangis. Ia merasa tidak tega jika sampai membuat Onah bersedih. Tapi ia sendiri tidak tahu apa yang dirasakan Onah saat ini, apakah ia sesedih itu? Dibandingkan dengan Onah, Hamid lebih sering menangis. Tetapi tangisan Hamid bak aliran sungai tenang yang berada di ujung hutan terlaran...

Rumput Tetangga Akan Selalu Terlihat Lebih Hijau

Mungkin ini bahasan yang udah cukup kuno tapi masih terus kejadian di kehidupan kita. Ungkapan ‘rumput tetangga terlihat lebih hijau’ kayaknya sering banget kita denger bahkan gue denger ini dari jaman gue masih sekolah deh. Mungkin dulu gue menganggap ini cuma analogi sepele yang asal diucap aja sama orang yang ngerasa iri sama apa yang orang miliki. Tapi gue sadar, semakin sering kata-kata ini didenger gue kayaknya secara tidak sengaja udah salah menanamkan mindset di diri gue. Gue memang sering mendengar kata-kata itu bahkan gue sendiri juga ngga sekali dua kali ngomong kayak gitu padahal sebenernya kalo dipikir-pikir agak ngga berguna deh malah bisa ujung-ujungnya nambahin penyakit di hati. Iya, penyakit iri. Kalo dipikir-pikir lagi instead of ngomong ‘wah rumput tetangga kelihatan ijo banget ya!’ yang sebenernya secara gamblang menyatakan keirian terhadap sesuatu kenapa ya gue atau orang-orang sekitar gue ngga ngomong ‘ih kok bisa ya rumput dia ijo banget?’ yang jadinya berujung ...

[BOOK REVIEW] Gadis Minimarket (Convenience Store Woman) Karya Sayaka Murata

Gambar
  Menurutku Ketika ada sesuatu yang dianggap aneh, semua orang tanpa sungkan merasa berhak untuk ikut campur dan berusaha mengungkap alasannya. Buatku itu menyusahkan, arogan, dan mengganggu. (hal.59) Judul: Gadis Minimarket Penulis: Sayaka Murata Alih Bahasa: Ninuk Sulistyawati Editor: Karina Anjani Editor Supervisi: Siska Yuanita Ilustrasi Cover: Orkha Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Terbit: 2020 ISBN: 9786020644394 Tebal: 160 halaman BLURB Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu "normal" itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai "pegawai minimarket". Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintai selama ini. --- Sebenarnya manusia yang bagaimana sih yang bisa dibilang normal? Apakah orang normal itu yang berkelakuan dan bertingkah sama dengan orang-orang pada umumnya? Apakah orang normal itu yang menjalani kehidupan monoton seperti bersekolah, kuliah, bekerja di perusahaan, men...

thought #4

All this time I always thought that there is no good memories when I was in school unless when I was in elementary. All I see is just dark when actually happy moments happened but whenever I try to reminisce them, the happy moments that came for several times, my head was just labelled them as memories could've been thrown.  Sometimes I ask myself why did I choose to throw all of them? I believe I could pick some that put a lil happiness in me but whenever I try to remember, to bring back and filter them I end up being mad and sad and tired?

Cerita Tentang Seorang Perempuan yang Patah Hati

Aku masih ingat betul secara detail detik-detik saat kita memutuskan untuk berpisah. Ups, bukan kita, tapi kamu yang ingin berpisah saat itu. Aku tidak pernah melupakan rasa sedih kala itu, rasanya amat sangat menyakitkan dan itu adalah patah hatiku yang paling parah. Mungkin bisa dibilang aku sakit jiwa. Seperti halnya org yg terbiasa berenang di kolam yang airnya hanya setinggi dada dan merasa aman kemudian tiba-tiba dilepas begitu saja di samudera tanpa pernah belajar bagaimana caranya berenang di laut lepas. Aku tidak bisa berenang dan tidak punya tabung oksigen, mungkin aku akan mati sebentar lagi. Kala itu, aku merasa menjadi manusia paling menyedihkan di muka bumi. Aku terlalu larut dalam kesedihan sampai tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup secara normal. Aku merasa kewarasanku pergi begitu saja sama seperti dirimu yang juga memutuskan hubungan secara sepihak. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dengan hidupku. Hari-hariku hanya diisi dengan tangisan, lagu berl...

Postingan populer dari blog ini

[BOOK REVIEW] Pintu Harmonika Karya Clara Ng & Icha Rahmanti

Patah Hati Tetap Menyakitkan Berapa Pun Usia Kita

[BOOK REVIEW] Alegori Valerie Karya Aya Widjaja