Sebuah Permintaan
Onah menatap orang di hadapannya. Ia masih tidak mengerti dengan keadaan yang sedang ia alami. Yang ia tahu, ia tidak melakukan satu kesalahan apapun. Baginya, keadaan seperti ini sangat sulit dicerna akal pikirannya. Onah masih berusaha untuk menanyakan perihal perilaku yang ia dapat dari kekasih hatinya itu. Wajah kuning langsatnya memerah terbakar matahari siang ini. Ia tidak peduli bila matahari terus bertambah panas atau bila tiba-tiba hujan datang bersamaan dengan kawannya si petir atau badai. Ia tidak akan peduli. “Apa yang kamu minta?” Rahang Hamid mengeras. Ia tidak biasa berbicara dengan ketus, apa lagi kepada kekasihnya. Ini adalah pertama kalinya ia semarah ini kepada Onah. Dalam hatinya, ia menangis. Ia merasa tidak tega jika sampai membuat Onah bersedih. Tapi ia sendiri tidak tahu apa yang dirasakan Onah saat ini, apakah ia sesedih itu? Dibandingkan dengan Onah, Hamid lebih sering menangis. Tetapi tangisan Hamid bak aliran sungai tenang yang berada di ujung hutan terlaran...