[BOOK REVIEW] Lemonade Granny Karya Hyun I Rang
Novel ini tentang apa?
Di novel ini, pembaca akan melihat berbagai macam kehidupan
yang ada di sebuah rumah sakit perawatan lansia penderita demensia yang diberi
nama Desa Doran. Bukan tanpa alasan, nama itu juga diberikan karena rumah
sakitnya dibuat seperti duplikat nyata sebuah desa dengan tujuan agar para
pasien di dalamnya tidak merasa mereka sedang menderita penyakit layaknya
pasien di rumah sakit pada umumnya. Para lansia di sana hidup seperti biasanya,
melakukan aktivitas bebas sesuka hati seperti berbelanja, ke kafe, berjalan di
taman, senam, serta melakukan berbagai hal yang mereka sukai dengan pantauan
masing-masing perawat atau dokter yang senantiasa mengikuti mereka setiap saat.
Selain bentuknya yang unik, rumah sakit ini juga tidak bisa
dimasuki sembarang pasien. Hanya mereka yang berasal dari kalangan banyak uang dan
bersedia mendepositkan uang mereka yang bisa mendapatkan perawatan di RS ini. Sebagai
tambahan lagi, hanya lansia yang sudah bergejala demensia yang bisa tinggal di sana.
Jadi, Desa Doran benar-benar definisi rumah sakit perawatan lansia dengan
demensia, bukan panti jompo ataupun rumah sakit umum dengan lansia yang
mengidap berbagai macam penyakit.
Cerita dimulai dengan kejadian ditemukannya mayat bayi di tong
sampah Desa Doran. Nenek Limun penasaran dengan siapa pelaku pembunuh bayi itu
dan akhirnya mulai menyelidiki sendiri, apalagi kasus ini tiba-tiba terlupakan begitu
saja sebelum polisi selesai mengusutnya.
Nenek Limun nggak sendirian karena seorang bocah umur 6
tahun tiba-tiba memohon untuk menemani dia tiap saat. Sebuah kebetulan karena Nenek
nggak suka hidupnya diintilin sama perawat terus, jadi beliau minta ke Direktur
untuk mengizinkan si bocah itu aja yang ngintilin dia menggantikan perawat.
My two cents
Novel 200 halaman dengan warna sampul cerah ceria ini ternyata
memiliki isi yang berkebalikan dari apa yang aku pikirkan ketika pertama kali
memilih buku ini untuk aku baca. Aku nggak bisa bilang menipu juga, aku
justru kagum sama ilustrator sampul novel ini soalnya berhasil menerjemahkan isi
ceritanya menjadi gambaran visual yang beneran menunjukkan ‘ceritanya
isinya ini, lho.’ Sampul depan dan sampul belakang, wah aku suka banget sama
sampulnya.
Cerita disampaikan melalui berbagai sudut pandang. Ada sudut
pandang Nenek Limun sebagai tokoh utama, ada bocah TK, ada dokter yang bekerja
di Desa Doran, perawat magang, Dirut Desa Doran, dan anaknya Dirut. Banyak banget
kan? Tapi di sinilah keseruannya. Alih-alih merasa pusing karena kebanyakan POV,
pembaca justru dibuat semakin mengerti tentang apa yang sedang terjadi
karena POV mereka menjelaskan time stamp dan tentunya saling
bertalian. POV mereka inilah yang menjahit ceritanya jadi satu
kesatuan cerita yang seru banget!
Di awal-awal cerita aku sempat macet baca setelah si Nenek
bilang dia cuma iseng aja cari pembunuhnya biar hidupnya di Desa Doran nggak
ngebosenin. Aku terlalu nggak sabar dan beranggapan kalo “oh ini ceritanya
memang nggak seserius itu kayaknya.” Tapi aku bersyukur aku salah dan aku
salut sama kecurigaan Nenek Limun yang nggak kunjung hilang walaupun investigasi
yang dia lakukan bareng si bocah ini cukup lambat dan sangat tersembunyi.
Nenek Limun memang baru menderita gejala demensia yang
sangat ringan tapi kecerdasan dan cara dia berpikir itu loh keren banget!
And she smells something fishy right from the beginning, bahkan
menurutku dari awal dia mengizinkan tanahnya buat dibangun desa duplikat itu sepertinya
dia udah curiga deh wkwk (sotoy dikit hehe).
Semakin banyak bukti terkumpul, ceritanya tentu aja semakin
seru. Dan nggak disangka ternyata konflik intinya lumayan kelam untuk novel
dengan sampul cerah ceria ini. Tentu saja ada plot twist yang
sangat amat nggak terduga di cerita ini.
Aku sempat mikir, kok bisa sih tiba-tiba nyambung ke sini
konfliknya ya? Sampai akhirnya aku selesain baca dan lihat kover belakangnya,
terus aku mendapatkan OH MOMENT. “Oh, kok gue bego sih ini udah dikodein di
sampul kenapa ga nangkep.” Lagi-lagi aku sangat mengapresiasi ilustrator
sampulnya. Kayaknya belum pernah aku suka sama sampul buku dengan alasan selain
suka style gambarnya atau warnanya. Kali ini benar-benar sampul
adalah kunci wkwk.
Jadi, kesimpulannya…
Menurutku novel ini kayaknya akan seru juga kalau diadaptasi
jadi drama karena plotnya sangat seru. Ternyata apa yang dianggap kompleks
tidak se-kompleks itu, pun yang dianggap sederhana tidak sesederhana itu.
Untuk pembaca yang tidak sabaran seperti saya, yang dikasih intro cerita slowburn langsung mau nyerah, jangan give up ya karena kesabaranmu itu akan membuahkan hasil yang tidak akan mengecewakan setelah selesai baca novel ini. Aku pribadi puas banget baca novel dengan plot seru ini. Two thumbs up buat penulisnya, buat penerjemahnya, buat ilustrator sampul, buat semua staf yang ada dibalik pengerjaan novel ini sampai akhirnya buku ini bisa dinikmati pembaca deh. Aku salut dan berterima kasih sekali karena sudah menghadirkan novel se-seru ini.
Informasi Buku

Komentar
Posting Komentar