Sebuah Bentuk Kesedihan
Beberapa hari belakangan ini aku hampir tidak pernah alpa menangis. Entah siang hari, setelah makan malam, atau sebelum tidur, bahkan di dalam mimpi aku menangis. Menangisi nasibku yang kurang mujur, menangis karena tidak tahu arah hidup, menangis karena merasa tidak berdaya, dan terkadang aku tidak punya alasan apa-apa, ingin menangis saja. Kemarin penulis yang sudah lama kuikuti di twitter meninggal dunia karena sakit. Jelas saja aku kaget karena belum lama ia masih menyempatkan diri membuat pembaharuan di media sosialnya. Aku menuliskan pesan bela sungkawa di unggahan terakhir twitternya, berterima kasih karena ia sudah banyak berkaya semasa hidupnya dan mendoakan yang terbaik bagi jiwanya yang sekarang beristirahat. Lalu siang ini, aku menangis sembari melihat komentar di unggahan Instagram miliknya. Begitu banyak yang mendoakannya, memberikan semangat agar dia bisa melalui penyakitnya dengan hati yang kuat, serta tak lupa pesan selamat jalan yang ditulis oleh orang-orang yang ...