[BOOK REVIEW] Hidup Gini-gini Aja, Nggak Apa-apa - Sebuah Kontemplasi Memaknai Hari-hari yang Tak Tentu
Seiring bertambahnya usia ditambah dengan masa pandemi yang
membuat hidupku terasa seperti benang kusut yang sulit ditemukan ujungnya
menjadi faktor bergesernya jenis bacaanku. Dari pembaca cerita cinta remaja
sejati kini aku mulai merambah ke jenis bacaan lain, salah satunya buku
pengembangan diri.
Seperti halnya buku fiksi, buku pengembangan diri juga hadir
dalam berbagai macam bentuk menarik mulai dari sampul hingga judul, isi konten
yang teoritis atau konten dengan kata-kata puitis maupun menyemangati, penulis
dari kalangan profesional hingga berbagai kalangan yang ingin membagikan pengalaman
mereka untuk sama-sama saling menyemangati.
Buku Hidup Gini-gini Aja, Nggak Apa-apa hadir layaknya seorang
teman yang ingin berbagi cerita kesehariannya. Mungkin terdengar biasa saja
tapi percayalah bahwa buku ini punya sisi uniknya tersendiri.
Buku dengan konten berilustrasi ini menyajikan cerita asli
penulis sekaligus ilustratornya sendiri yang dikemas dalam sebuah karakter
kelinci tukang sambat. Karakter kelinci yang menjadi perwujudan dari manusia
yang suka sambat tentu saja menjadi hiburan tersendiri karena celetukannya sangat
terasa dekat dengan diriku, layaknya ia mengatakan apa yang ada dalam hatiku.
![]() |
| salah satu ilustrasi lucu di dalam buku |
Si kelinci bernama Welly ini bercerita tentang kehidupannya
di masa kecil, masa remaja, masa kuliah, hingga menjadi mbak-mbak kantoran yang
bisa rebahan di hari minggu. Sekilas memang seperti buku autobiografi pada
umumnya tapi entah bagaimana rasanya cukup magis hingga cerita-cerita di
dalamnya bisa memberi kekuatan tersendiri dalam diri ini.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, buku ini hadir
selayaknya seorang teman akrab yang berbagi cerita. Ia bercerita tanpa minta
timbal balik, ia bercerita karena ia ingin, lalu kemudian itu kembali kepada
pendengar yang dalam konteks ini adalah pembaca buku yang ingin memberi respon
seperti apa. Beberapa cerita membuatku tergelak, ada yang membuatku menitihkan
air mata, ada pula yang terasa menguatkan. Namanya juga hidup, dia akan terus
bergerak tapi tenang kamu akan baik-baik saja meski kamu sedang tidak baik-baik
saja.
Membaca cerita Welly aku dibuat merenung. Gaya bercerita
yang apa adanya malah membuatku seperti dipeluk karena terasa dekat sekali
dengan kenyataan yang ada di hidupku. Membuatku sampai pada kesimpulan bahwa ya
hidup ini memang tidak pasti, ada masanya aku merasa menderita lalu ada
waktunya aku merasa senang. Bahkan terkadang tidak perlu menunggu waktu lama,
momen itu bisa terjadi dalam satu waktu yang sama.
Terkadang kita (atau mungkin aku saja) lupa bahwa bagaimana
pun hari berjalan, ia tetap punya makna dalam hidup bagaimanapun bentuknya,
baik kecil atau pun besar. Misalnya saja aku teringat di hari aku lembur
bekerja, berhadapan dengan laptop di dalam kamar sampai sakit punggung karena
pekerjaan yang tidak kunjung selesai di hari itu. Aku ingat betul aku sampai
menangis karena sakit punggung dan merasa tidak sanggup lagi mengerjakan tapi
entah bagaimana aku tetap bisa berhasil mengerjakannya hingga selesai bahkan
sebelum waktu tenggat yang disepakati oleh atasanku.
Kalau memikirkan hari itu, entah bagaimana rasanya aku masih
bisa mengingat sakit punggungnya yang membuat diriku sampai menangis. Tapi ternyata
hari itu berjalan seperti skenario dalam sebuah film yang ada di kepalaku. Aku
menangis di depan laptop tapi aku berada di dalam kamarku bersama bantal guling
beserta jajaran boneka yang menjadi saksi betapa lelahnya hari itu. Aku bahkan
sempat rebahan memegang boneka, mendramatisir hari yang melelahkan sambil
menangisi pekerjaan yang baru setengah selesai. Aku menyetel playlist berisi
lagu-lagu yang aku dengarkan ketika stress agar lebih dramatis lagi. Merasa lelah
tapi aku di rumah bersama bantal-bantal, aku bisa menangis sambil selonjoran
atau memeluk guling tapi di saat bersamaan aku tetap menyelesaikan pekerjaanku.
Jika aku mau memaknainya, maka aku termasuk orang beruntung yang bisa menangis
dikelilingi boneka dan bantal guling di hari kerja. Pekerjaanku tetap selesai,
sama seperti orang lain aku juga menerima gajiku. Satu hal yang tidak bisa
dirasakan semua orang.
![]() |
| salah satu halaman favoritku |
Begitulah kira-kira Welly bercerita. Alih-alih mengglorifikasi kemalangan dalam hidup, penulis mencoba untuk memberi highlight bahwasanya dalam hari-hari yang tak pasti sangat wajar kita merasa bingung, sangat wajar kita bisa merasa sedih pada apa yang tidak kita kehendaki, pun sangat berhak kita memberi selamat pada diri ini yang bisa melalui hari sampai pada esok hari meski bangun tidur tanpa ekspektasi.
Buku yang ringan bisa dibaca dalam sekali duduk dan bisa
dibaca secara acak ini sepertinya akan menjadi buku yang langsung aku ambil
dari rak tiap aku merasa suntuk.
Informasi Buku
Judul: Hidup Gini-gini Aja, Nggak Apa-apa
Penulis: Vema Novitasari
Genre: Pengembangan diri
Penerbit: POP (Imprint KPG)
Tebal: 135 halaman
Tahun Terbit: 2022


Komentar
Posting Komentar