[BOOK REVIEW] Ve Karya Vinca Callista
Apa yang ada di benakmu mendengar kata rumah nenek? Tempat yang nyaman, menenangkan, hangat karena bersama orang yang tentu saja menyayangi dan memanjakan kita sebagai cucunya. Tapi nenek Ve, ibu dari ayahnya, tidak demikian. Bahkan Ve sendiri tidak pernah membayangkan dirinya akan bertemu petaka di sana.
Bagai mendapat mimpi buruk di siang bolong, tiba-tiba Ve mendapat
kabar kalau Ibunya kabur ke London untuk menghampiri selingkuhannya yang selama
ini Ve kenal baik sebagai teman Ibunya semasa kuliah. Ve yang tidak mengerti
tentang apa yang sedang terjadi, yang masih memproses ucapan ayahnya tersebut tak
punya pilihan lain ketika ayah memboyongnya ke rumah nenek untuk tinggal di
sana.
Seumur hidupnya, nenek selalu mendengar titah Bapak, kakek
buyutnya Ve. Semua yang keluar dari mulutnya adalah mutlak, tidak boleh
dilanggar sama sekali. Semuanya benar, seakan-akan Bapak adalah orang yang paling
bekuasa bahkan hampir setara dengan Tuhan. Sosok Bapak sendiri digambarkan
sebagai seorang yang tegas dan terpandang sehingga banyak orang yang
menghormati beliau dan tidak segan meminta bantuan apa saja kepada Bapak karena
Bapak selalu bisa membantu mereka, termasuk memurnikan anak perempuan mereka
yang ingin sekolah tinggi.
Dalam upayanya mengungkap kebenaran dan mencari keberadaan Ibunya,
Ve dipaksa nenek untuk mematuhi apa yang sudah diajarkan oleh Bapak, yang tentu
saja sangat bertolak belakang dengan kehidupan Ve. Ve yang biasa mandiri, bisa
menentukan pilihan hidupnya, bebas berekspresi dan suka belajar banyak hal
tiba-tiba dipaksa menjadi perempuan yang harus mengikuti semua omongan orang
yang lebih tua darinya, membatalkan kuliah karena kuliah tidak penting dan akan
membuat perempuan menjadi pembangkang.
Kualitas diri aku nggak ditentukan dari warna rambut! (hlm. 57)
Miris, sedih, dan marah adalah tiga kata yang bisa aku ungkapkan selama membaca buku ini.
Betapa terbelakangnya pemikiran orang-orang di kampung nenek yang menganggap perempuan harus tunduk dan harus berada di bawah laki-laki. Budaya primitif yang malah membuat nenek dan juga warga di kampungnya menjadi ahli waris dari ajaran yang salah dan menolak untuk berpikiran lebih terbuka mengikuti perkembangan zaman.
Yang membuatku lebih
marah lagi, sebenarnya mereka tau apa sumber masalah di hidup mereka tapi
kesalahan itu semua dilimpahkan kepada sosok perempuan lagi dan lagi. Perempuan
tidak boleh begini dan begitu agar hidup seseorang jadi bahagia meski akar
ketidakbahagiaan itu sendiri bukan karena perempuan.
Awalnya setelah melihat sampul depan novel ini yang
bernuansa merah, aku menduga akan ada banyak darah di mana-mana karena terjadi
pembunuhan sadis atau semacamnya. Tapi, ternyata ada yang lebih mengerikan dari
itu. Terbunuhnya hati nurani dan akal orang-orang membuat cerita di novel ini bikin
aku bergidik ngeri.
Novel ini dibuka dengan narasi dari sudut pandang orang
kedua yang kupercaya adalah sudut pandang dari pikiran Ve yang sedang berbicara
untuk mengingat runtutan kejadian apa saja yang terjadi pada Ve. Aku suka sama
tokoh Ve. Dia berpendidikan, cukup bijaksana di usianya yang baru saja lulus
SMA namun tidak terlalu berlebihan karena masih bisa aku jumpai emosi Ve yang
terkadang meledak-ledak.
Selain cultural capital, novel ini juga ingin memberi tahu
pembaca bahwa sesungguhnya di dunia ini hantu itu nggak perlu ditakuti sama
sekali. Melainkan manusia lah yang perlu ditakuti karena manusia jauh lebih
berbahaya.
Informasi Buku
Judul: Ve
Penulis: Vinca Callista
Genre: Urban thriller
Rating Pembaca: 17+
Penerbit: Noura Books
Tebal: 208 Halaman
Tahun Terbit: 2018

Komentar
Posting Komentar