[BOOK REVIEW] Seri YARN: Rust In Pieces Karya Nel Falisha

novel rust in pieces



 Waktu pertama kali aku lihat buku ini pas lagi scrolling nyari bacaan di Ruang Buku Kominfo, aku kira ini buku fiksi remaja horor. Ya emang sih, pengalaman yang diceritain si tokoh utama di dalam buku ini menurutku lebih horor dari apa yang aku bayangin sebelumnya. Karena alasan pribadi juga, suka warna biru, jadi aku memutuskan buat baca bukunya deh hehe.


BLURB

“Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu. Ternyata dia pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.

 

Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada. Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya. “Baru kemarin ikat rambut favoritku hilang.”

 

“Bukan gitu, aku cuma mau pin—”

 

“Nonsense!” cetus Sarah.

 

Yunita menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”

 

Usaha Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tidak bisa berhenti mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya, prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya. Namun Tiana tetap tak mampu mengendalikan jari-jarinya.


***

Dulu waktu SMA, aku juga sering mendengar kata klepto dan aku cuma sekedar tahu kalau itu artinya orang yang suka mencuri. Dan novel ini memberiku pemahaman lain tentang apa itu klepto, lebih tepatnya Kleptomania.

Novel ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Tiana yang suka mencuri barang sejak SMP. Tiana selalu merasa ada dorongan dalam diri dia untuk mencuri, apa pun itu barangnya, mau dia butuh atau tidak sama sekali, dia harus mencuri supaya dorongan atau suara yang menyuruh dia di dalam kepalanya itu bisa berhenti dan hatinya merasa lega. Tapi biasanya setelah merasa lega, ia juga langsung dilanda perasaan bersalah karena dia sadar mencuri itu perbuatan buruk. Aneh kan?

Mungkin bagi orang yang sehat dan orang yang awam atau kurang peka sama penyakit mental, mereka nggak melihat ini sebagai penyakit, mungkin cenderung lebih meyalahkan karena ya orang ini mencuri berarti dia kriminal. Tiana sendiri di dalam buku ini awalnya nggak merasa kalau keanehan yang ia rasakan ini termasuk suatu penyakit, sampai akhirnya teman nugas barengnya yang bernama Stefan ini tau tentang Tiana.

Stefan ini agak lucu anaknya, dia kepo abis dan terkesan kayak ikut campur banget urusan orang. Tapi ini emang sifatnya si Stefan yang super kepo dan di sisi lain juga dia care banget sama orang lain, ngga asal kepoin terus langsung jadi biang gosip di sekolah gitu. Malahan Stefan ini orangnya bisa dipercaya dan baik banget karena dia yang pertama memotivasi Tiana buat konsultasi ke psikolog. Keren banget kan anak ini!

Ngomongin penyakit mental kayaknya kurang lengkap kalo ngga disambungin sama stigma. Ya, di novel ini juga ada orang-orang yang kemakan stigma dan skeptis sama penyakit mental dan orang ini adalah orang tuanya Tiana sendiri. 

Aku hampir mau menangis waktu Tiana minta tolong didampingi ke psikiater sama mamanya dan mamanya ini malah meracau yang lain, kalo Tiana mencuri karena salah pergaulan, karena sekolah di tempat yang kurang bagus reputasinya, dan Tiana ngga perlu ke psikolog atau psikiater. Sedih banget aku bayangin hidupnya Tiana, dia udah punya motivasi untuk sembuh dari kleptomania dan dia lagi di posisi butuh support orang-orang terdekat biar ngga merasa kalau dirinya tuh buruk banget sampe orang-orang ‘membuang’ dia.

Aku suka sama cara penulis mengemas novel dengan tema yang ngga umum ini. Pembahasan tentang kleptomania menurutku cukup jelas ditulis di buku ini, jelas dalam artian bukan cuma ‘asal taro tema’ tapi dibahas terus mulai dari ciri-cirinya lewat apa yang dilakuin dan dirasain sama Tiana sebagai tokoh utama, lalu kleptomania di mata orang-orang awam, sampai dibahas juga menurut psikolog dan psikiater. Aku juga suka sama bagian sesi konsultasi Tiana dengan psikolog dan psikiater diceritakan di sini, menurutku ini bisa membuka mata orang-orang juga kalau konsultasi ke ahli kejiwaan ya sama saja kayak kita periksa ke dokter pada umumnya, ngga ada yang perlu ditakuti sama sekali.

Hal lain yang kusuka dari novel ini adalah suasana peralihan dari SMP dan awal masa SMA tuh kerasa banget. Lewat cara Tiana berteman waktu SMP, itu benar-benar mendeskripsikan anak SMP yang masih childish tapi mulai mau menunjukkan diri. Terus waktu udah SMA juga suasana kelas sepuluh kerasa banget, mulai temenan sama orang baru lalu canggung karena disuruh kerja kelompok, belum lagi ada temen-temen yang ikut turnamen sama sekolah lain. Wah bikin aku nostalgia masa awal SMA dulu.

Aku juga suka sama penokohan di buku ini. Tingkah laku yang dilakukan sama para tokoh semuanya masuk akal sesuai sama karakter mereka dari awal muncul di buku ini. 

Part yang aku merasa agak sedikit aneh adalah ada satu hari di mana Tiana ini menghadapi patah hati karena gebetan, patah hati karena dikhianati teman, dan merasa terkejut sekaligus deg-degan karena ada yang menyatakan perasaan ke Tiana. Wah satu hari ini hatinya Tiana penuh dengan berbagai macam rasa tapi kerennya dia bisa handle itu semua, kalo aku jadi Tiana mungkin aku butuh waktu lebih buat memproses semua yang terjadi. 

Overall, aku terkesan sama novel ini. Salah satu pesan yang ngena banget setelah novel ini adalah mau bagaimana pun kondisi atau keadaan kita tetaplah terima diri sendiri apa adanya.


Informasi Buku

Judul: Rust in Pieces
Penulis: Nel Falisha
Penyunting: Anida Nurrahmi
Perancang Sampul dan Isi: Deborah Amadis Mawa
Penerbit: Ice Cube
Terbit: 2015
ISBN: 9786024817039 (PDF)
Tebal: 224 Halaman


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[BOOK REVIEW] Pintu Harmonika Karya Clara Ng & Icha Rahmanti

Patah Hati Tetap Menyakitkan Berapa Pun Usia Kita

[BOOK REVIEW] Alegori Valerie Karya Aya Widjaja