Hari Kebalikan

Pernah nggak sih berpikir gimana kalo ada hari kebalikan di dunia ini? Misalkan kita jadi tukar peran antara orang tua dan anak, atau ada satu hari di mana murid laki-laki dan murid perempuan bertukar seragam sekolah, ada juga hari dimana dalam seminggu kita punya waktu kerja cuma 2x24 jam lalu sisanya hari libur. Aku pernah sekali waktu masih kecil menghayal jika hari terbalik itu ada aku mau ada hari di mana jam kerja orang tua dan jam sekolah anak ditukar. Waktu itu aku berpikir kayaknya keren sekolah dari pagi sampai malam, soalnya aku lihat bapakku yang setiap hari pergi subuh pulang larut itu wah keren banget ya orang dewasa yang sibuk! Apa lagi kalo sekolahnya digaji kayak orang dewasa yang kerja, pasti seneng banget! Kenyataannya, setelah merasakan hal itu semua (belajar sampai malam waktu aku tinggal di boarding school) itu capek banget sih, ngga sama seperti yang pernah aku bayangin. Well, realita memang tidak melulu sesuai dengan ekspektasi.

Namanya juga anak kecil pasti kalau menghayal suka ngga masuk akal. Setelah dewasa pun masih suka menghayal sih tapi nggak seaneh waktu kecil. Setelah lama nggak memikirkan tentang hari kebalikan itu, tiba-tiba aku mengalami situasi yang membuatku kembali teringat akan hayalan itu. Situasi ini tanpa sadar terjadi bahkan aku sendiri nggak pernah membayangkan ini akan terjadi. 

Ada yang dulu waktu masih sekolah nggak dibolehin nonton televisi di malam hari sama orang tuanya? Kalo dulu aku sering banget diomelin sama mama atau bapak kalo habis makan malam bukannya belajar malah nonton sinetron. Habis gimana ya, tayangan prime time memang biasanya menarik nggak sih? Kalo dulu aku suka banget sinetron liontin, candy, mentari dll atau nonton acara variety kocak yaitu extravaganza. Tapi mama sama bapak itu termasuk orang tua yang tegas banget jadi apalah daya aku selalu harus nurut aja buat belajar malam dan nunggu diceritain aja besok di sekolah sama temen. Suka kesel ngga sih kenapa acara seru tayang di jam belajar? Kenapa ngga pas siang gitu pulang sekolah? Hfff

Tapi situasi yang aku rasain sekarang ini justru terjadi sebaliknya. Pernah suatu hari aku lagi di kamar terus pas aku turun buat minum (kamaarku di lantai 2) tiba-tiba bapak nyeletuk “punya anak semua sibuk sendiri-sendiri di kamar, ngga mau lepas dari handphone. Kalo malem tuh kumpul di sini nonton tv bareng sekeluarga kan enak.” Lalu dari situ aku akhirnya mulai membiasakan diri buat ikutan nimbrung aja di ruang tengah. Sejujurnya, aku kurang suka nonton tv sekarang ini apa lagi kalo malam ikutin tontonan orang tua yaitu dangdut yang ngga pernah libur sama sekali, adik-adikku juga kurang suka jadi ya memang kami sering kali lebih memilih main handphone saja. Kadang aku juga berada di situasi benar-benar tidak mau nonton tapi tetap duduk di ruang tengah dengan handphone tak lepas dari tangan jadi setidaknya aku tidak begitu merasa bosan. Beda denganku, adik-adikku terkadang masih bertahan dengan ego mereka untuk tetap diam di kamar. Kadang aku berinisiatif mengganti channel mencari acara yang kurasa akan menarik ditonton olehku dan adik-adik. Terkadang juga di antara adik-adikku ada yang menyabotase tvnya hehe.

Aku mengerti, apa yang telah diajarkan orang tua waktu kecil dulu seperti belajar malam itu berguna sekali untuk kita. Apa lagi waktu kecil memang penting bimbingan, dukungan, serta pengawasan orang tua terhadap anak. Waktu sudah besar juga sih masih penting tapi karena anak sudah beranjak dewasa tentunya anak juga diajarkan untuk bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri, jadi orang tua tidak sesering dulu lagi dalam membimbing serta mengawasi dalam belajar. Yang aku rasakan sekarang sebagai anak yang bisa dibilang sudah dewasa dan masih tinggal dengan orang tua serta punya adik-adik yang sudah belia adalah menurutku ada masa di mana orang tua ingin ditemani. Ditemani dalam artian tetap bisa berada bersama anaknya meski anaknya sudah punya dunia sendiri. Aku penah baca di internet kalau orang tua rentan merasa kesepian dan mamaku juga sering bilang aku harus sering temenin nenek agar nenek nggak kesepian dan mungkin hal itu benar adanya. 

Kembali lagi ke celetukan bapak di malam itu, aku awalnya berpikir “ah dulu aja aku diomelin kalo nonton tv! Sekarang aku diomelin karena ngga nonton tv? Gimana sih?” tapi setelah beberapa kali mencoba ikut duduk dan nonton tv bersama aku jadi berpikir lagi bahwa kesempatan duduk bersama seperti ini memang sangat berharga apa lagi ini jarang terjadi. Terkadang ada perbincangan singkat yang membuatku tersenyum tapi sebenarnya dalam hati aku sangat senang sampai ingin memeluk satu persatu anggota keluarga yang ada di situ. Ada juga perbincangan singkat yang mengantarkan pikiranku kepada masa depan atau ada juga situasi di mana aku sebenarnya ingin sekali menangis karena terharu dengan perbincangan yang ada tapi terlalu malu untuk itu. Telah banyak percakapan singkat, kadang tidak disengaja sama sekali, namun rasanya sangat berarti terjadi di ruang tengah saat sedang nonton tv bersama. Tidak jarang juga ruangan itu terisi tawa karena kami saling bercanda.

Hari kebalikan itu ternyata benar-benar terjadi di kehidupanku. Waktu kecil suka menahan nangis saat mama ngomel sambil tiba-tiba mematikan tv agar anak-anaknya belajar. Waktu sudah besar kami malah disuruh sering-sering nonton tv dan menikmati waktu malam bersama keluarga. Namun, aku bersyukur akan situasi ini. Aku merasa sangat beruntung masih bisa terus berkumpul dengan semua anggota keluarga dan berbincang di ruang tengah. Suatu momen yang benar-benar berharga dan tak ternilai.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

[BOOK REVIEW] Pintu Harmonika Karya Clara Ng & Icha Rahmanti

Patah Hati Tetap Menyakitkan Berapa Pun Usia Kita

[BOOK REVIEW] Alegori Valerie Karya Aya Widjaja